Fhoto di Bengkulu

Bukan pelarian

02 juni 2009,.
Aku terbiasa hidup untuk memikirkan dan menindakan segala hal yang menjadi persoalan umum .Ini bukan sesuatu yang tidak sengaja atau yang  begitu saja jatuh darilangit.
Semua terjadi dalam sebuah perjalanan hidup yang mungkin bagi seseorang biasa-biasa saja, namun aku katakan tidak bagiku.
Selepas aku menyelesaikan sekolah lanjutan menengah atas, aku memutuskan untuk kuliah di kota Jogjakarta. Dari sanalah kemudian benih-benih yang merubah cara pandang hidupku berubah secara drastis. Lingkungan yang membesarkanku sebelumnya, hanya mengenalkanku pada sebuah pencapaian-pencapaian yang bersumber dari individualisme yang sempit. Lingkungan yang penuh dengan persaingan-persaingan untuk mendapatkan kenyamanan dan fasilitas-fasilatas kemapanan.
kemudian di Jogjalah aku mendapatkan segala yang barunya.
Kemudian di Jogjalah aku mendengarkan, membaca, berdiskusi dan melakukan hal-hal yang menawarkan sebuah nilai-nilai kemanusiaan.
Nilai-nilai yang membuka ruang berpikir dan membebaskan jiwa untuk membimbing rasa pada tubuh untuk melakukan sesuatu yang besar, sesuatu yang dikenal sebagai bendera KEMANUSIAAN.
Di Jogja aku manjakan jiwa untuk mempelajarinya, dan di Jogja aku melatih tubuh untuk memberikan sebuah keyakinan, bahwa ketika sesuatu yang di dalam hati kita adalah bersumber dari rasa manusia yang tersepikan, maka penderitaan adalah kemerdekaan diri.

Untuk apa kita tertawa oleh sesuatu yang sebenarnya itu akan menjadikan manusia lain akan semakin tersepikan,...???

Di jogja,..
aku mendapatkan idialisme.
Di jogja juga aku sudah mampu mengukur kemampuan untuk mendapatkan materi.
Namun keberhasilan dalam materi dan idialisme yang ku peroleh di Jogja, kini menjadi penempa di kota Bengkulu ini.
Secara materi, aku tidak membawa sedikitpun yang aku sudah miliki waktu di Jogja. Hanya keyakinan idialisme yang ku bawa untuk di kota ini dan mudah-mudahan menjadi energi yang penting untuk semua hal yang aku lakukan di sini.
Aku sudah menyaksikannya disini, di kota Bengkulu,.
Aku sudah mendengarnya di sini, di kota Bengkulu,.
Dan aku ingin satu persatu menjadi persembahan bagi manusia yang tersepikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar